Menghadapi Era VUCA
Tema acara ini sejalan dengan tantangan yang dihadapi generasi saat ini, yang hidup di dunia VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous). Shahnaz mengingatkan bahwa mendidik Gen Z memerlukan pola pikir yang terbuka (growth mindset) serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
“Gen Z hidup di lingkungan yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian. Mereka membutuhkan bekal bukan hanya dari pendidikan formal, tetapi juga pengalaman yang mengasah intuisi dan kecerdasan emosional,” jelasnya.
Ia juga menyoroti peran penting tacit knowledge atau pengetahuan praktis yang diperoleh dari pengalaman hidup dalam membentuk kemampuan memecahkan masalah, berinovasi, dan mengambil keputusan yang cerdas.
Menurut Shahnaz, mendidik anak secara holistik berarti mengoptimalkan fungsi otak secara seimbang:
1. Otak kiri untuk logika dan analisis.
2. Otak kanan untuk kreativitas dan empati.
3. Otak tengah untuk naluri dan intuisi.
“Mengasah semua fungsi otak membantu anak tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki akhlak mulia,” katanya.
Acara ini juga menekankan pentingnya sinergi antara orang tua dan guru dalam membimbing anak.
Kepala SD Khadijah 3, Nurul Hidayati, menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan anak tidak hanya bergantung pada sekolah.
“Sinergi antara guru dan orang tua sangat penting. Jika ada permasalahan, sebaiknya diselesaikan melalui komunikasi yang baik untuk menghasilkan solusi terbaik bagi anak,” ujar Nurul.
Melalui acara ini, Shahnaz mengajak semua pihak untuk introspeksi diri dan terus belajar menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.
Ia menyebut, tujuan utama pendidikan bukan hanya mencetak anak-anak yang cerdas, tetapi juga membentuk mereka menjadi pribadi berkarakter kuat.
“Dengan kolaborasi yang baik, Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dan tidak ada rahasia untuk mencapai kesuksesan, pola pikir berkembang adalah hasil dari disiplin, persiapan kerja keras dan belajar dari kegagalan,” tutupnya.